A. Latar Belakang Ikhwanul Muslimin
Bermula pada runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki menyebabkan dunia Islam hidup dalam kegelapan dengan timbulnya berbagai gerakan sekularisme maupun gerakan nasionalisme yang mempengaruhi Negara Islam terutama di Mesir. Berbagai bentuk kerusakan moral yang terjadi saat itu antaranya “ Pergerakan Emanspasi Wanita semakin bertambah kuat, para wanita kelas atas Mesir memberontak; enggan memakai purdah. Mereka justru memakai fasion ala Eropa, menghadiri tamasya sosial yang bercampur bebas antara lelaki dan perempuan, baik secara tertutup ataupun terbuka. Mereka juga mendesak supaya wanita diberi hak yang setaraf dengan lelaki.”
Ikhwanul Muslimim berasal dari kata Arab:الاخوان المسلمون al-ikhwān al-muslimūn sering hanya disebut al-Ikhwan adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan oleh Hasan al-Banna di Ismailiah pada bulan Zulkaidah 1346 H /Maret 1928 M yang di pada kesempatan tersebut terdapat enam tokoh yang tertarik dengan kepribadian dan terkesan pada pola-pola dakwah beliau, mereka adalah Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Hushary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, zaki al-maghriby serta Abdurrahman Hasbullah.
Proses perkembangan IM di Ismailiah selama empat tahun yang menembus kota di sekitarnya, beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan penyebaran dakwah IM menurut Ali Abdullah Halim Mahmud adalah:
1. Mereka ikhlas melaksanakan misi dakwah
2. Mereka memiliki kapasitas pemahaman yang menyeluruh terhadap ajaran islam
3. Pengetahuan mereka sangat luas tidak hanya pengetahuan Agama, tetapi juga pengetahuan umum juga
4. Mereka dalam melakukan aktivitas dengan semangat kebersamaan dan ukhuwah
5. Mereka pula paham tentang kehidupan sosial politik
6. Sistem kehidupan yang mereka terapkan dengan mempraktikkan tata nilai Islami, serta akhlakul karimah
7. Mereka memiliki sikap tegas terhadap politik penjajah
B. Hasan al-Banna dan Ikhwanul
Ikhwanul Muslimin dan Hasan al-Banna tidak dapat dipisahkan gerakan ini sangat berpengaruh, tidak hanya di Mesir akan tetapi menyebar ke seluruh dunia. Siapa sosok Hasan al-Banna?
Hasan al-Banna adalah Imam Syahid Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna lahir pada tahun 1906 di kota Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Adapun Hasan al-Banna memilki 6 saudara yaitu empat lelaki dan dua perempuan, Hasan al-Banna (yang sulung), Abdur-Rahman Al-Banna, Fatimah al-Banna, Muhammad al-Banna, Abdul Basit al-Banna, Jamal al-Banna dan Fauziah al-Banna. Dan ayahnya Syeikh Ahmad Al-Banna mempunyai seorang lagi isteri. Dengan isteri kedua ini, dia memperolehi seorang anak perempuan yang bernama Faridah al-Banna.
Imam Hasan al-Banna memulai pendidikannya di Madrasah Diniyah “ar-Rasyad” yang yang dipimpin oleh Syaikh Muhamad Zahran Rahimahullah. Kemudian ia pindah ke Madrasah I’dadiyah atas permintaan ayahnya yang gurunya antara lain Muhammad Afandi Abdul Khaliq Rahimahullah. Karena sistem Madrasah I’diyah diganti dengan Madrasah Ibtida’iyah, Hasan al-Banna melanjutkan ke Madrasah al-Mu’allimin al-Awwaliyah di Damanhur, untuk menjadi seorang guru. Setelah tamat kemudian beliau melanjutkan ke Darul ‘Ulum al-Ulya’ dan tamat pada tahun 1927 yang menyandang cumlaude.
Bahwasanya Imam Hasan al-Banna menjalani kehidupan yang penuh tantangan semenjak kecil sehingga beliau menemui ajalnya. Keseluruhan hidupnya ditumpukan kepada perjuangan Islam dan kebajikan orang-orang Islam. Beliau khusyu’ beribadat kepada Allah dan selalu mengkaji al-Quran serta Hadith. Tokoh Islam yang hebat ini mati syahid ditembak pada 12hb Februari, 1949 di Kaherah. Umurnya ketika itu ialah 43 tahun.
C. Konsep Pemikiran Ikhwanul Muslimin
Dalam kitab Risalah Ta’lim bahwa Hasan al-Banna (Imam Asy-Syahid) menyatakan ada dua konsep yang ditawarkannya kepada pribadi muslim, yaitu:
1. Rukun-rukun bai’at
Imam asy-Syahid menyatakan bai’at tersebut merupakan bai’at antara seorang prajurit dan panglimanya, karenanya di baris awal risalam ini tertulis kata-kata:” Rukun bai’at kita ada sepuluh, peliharalah!.” Adapun pertama kali Ikhwanul Muslimin berbai’at pada tanggal 5 Rabi’ul Awal 1359 H. Adapun sepuluh rukun bai’at (Muhammad Abdul Halim Hamid,2004:21-193) tersebut yaitu:
a. Al-Fahm
Hasan al-Banna berkata “ yang saya maksud ¬al-Fahm adalah hendaknya Anda yakin bahwa kita adalah fikrah islamiyah yang murni, dan Anda memahmi Islam sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul ‘isyrin (20 prinsip) yang sangat ringkas ini”
b. Al-Ikhlas
Adalah bahwa seorang al-akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah mengharap keridhaan-Nya, tanap memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, gelar, kemajuan atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentara akidah, bukan tentara kepentingan dan hanya mencari kemanfaatan dunia.
c. Al-Amal
Sebagaimana dalam surah at-Taubah:105, Allah swt berfirman:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Berkata Imam asy-Syahid menjelaskan nilai sebuah amal, adalah bahwa amal merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan. Sebuah ilmu tetap akan menjadi cacat dan sangat dangkal, bila tidak dapat mendorong pemiliknya untuk melakukan amal yang positif dan konstruktif.
d. Al-Jihad
Imam as-Syahid berkata al-Jihad adalah “ sebuah kewajiban yang terus berlaku sampai hari kiamat. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah saw,’ Barang siapa mati, sementara ia belum pernah perang dan belum berniat perang, maka ia mati seperti matinya jahiliyah.’
e. At-Tadhiyah
Adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala-galanya demi mencapai tujuan.
f. Ath-Tha’ah
Melaksanakan perintah dan merealisir dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas. Yang demikian itu karena tahapan dakwah ini ada tiga: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).
g. Ats-Tsabat
Bahwa hendakya seorang al-Akh senantiasa bekerja sebagai mujahid dalam memperjuangkan tujuannya, betapa pun jauh jangkauan dan lama waktunya, samapi bertemu dengan Allah dalam keadaan seperti itu, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu (mencapai tujuan) hidup mulia atau mati syahid.
h. At-Tajarrud
Imam as-Syahid berkata yang saya maksud at-Tajarrud adalah kemurnian atau totalitas, bahwa engkau harus tulus pada fikrahmu dan membersihkannya dari prinsip-prinsip lain serta pengaruh orang lain. Sebab ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah.
i. Al-Ukhuwah
Bahwa hendaknya berbagai hati dan ruh berpadu dengan ikatan akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kokoh dan paling mahal. Ukhuwah merupakan wujud dari keimanan, sedang perpecahan adlah wujud dari kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah persatuan, tiada persatuan tanpa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah lapang dada dan puncaknya adalah itsar (mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri).
j. Ats-Tsiqah
Rasa puasnya seorang jundi (prajurit) atas qa’id (pimpinannya) dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang dapat menumbuhkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan.
2. Kewajiban individu aktivis
Prinsip ini diberikan oleh Imam asy-Syahid kepada putera-putera Islam yang memiliki ghirah (semangat) terhadap Islam. Kewajiban itu harus dilaksanakan sehingga seorang muslim dapat merasakan manisnya dakwah dan lezatnya tujuan dakwah prinsip tersebut adalah:
• Allahu Ghayatuna (Allah tujuan kami)
• Ar-Rasulu Qudwatuna (Rasul teladan kami)
• Al-Qur’an Syir’atuna (al-Qur’an syariat kami)
• Al-Jihad Sabiluna (Jihad jalam kami)
• Asy-Syahadatu Umniyatuna (mati syahid cita-cita tertinggi kami)
D. Karakteristik Dakwah Ikhwanul Muslimin
Terbentuknya gerakan ini telah memberikan perubahan baru, sebagai dampak dari situasi seperti ini, maka dakwah IM memiliki berbagai karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan dakwah yang lain di zamannya, antaranya:
1. Menjauhkan titik khilafiyah
2. Menjauhi dominasi tokoh dan pembesar
3. Menjauhi fanatisme partai-partai dan golongan-golongan
4. Memperhatikan masalah takwin (pembentukan kepribadian), dan tadararju (bertahap) dalam langkahnya
5. Mengutamakan sisi amaliah yang produktif di atas seruan-seruan dan propaganda-propaganda kosong
6. Sangat menaruh perhatian pada pemuda, dan
7. Cepat berkembang di pedesaan dan perkotaan
E. Pimpinan dalam Ikhwanul Muslimin
Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
1. Hassan al-Banna
2. Hassan al-Hudhaibi
3. Umar at-Tilmisani
4. Muhammad Hamid Abu Nasr
5. Mustafa Masyhur
6. Ma'mun al-Hudhaibi
7. Muhammad Mahdi 'Akif
F. Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia, termasuk Agus Salim.
Tahun 1970-an adalah momen munculnya semangat kebangkitan Islam di hampir seluruh dunia Muslim. Bahwa di Indonesia bentuk revivalisme gerakan yang terjadi adalah adanya transmisi dari pemikiran Ikhwanul Muslimin seperti gerakan Tarbiyah.
Mengenai proses penyerapan para aktivis Tarbiyah di Indonesia terhadap pemikiran IM ada dua penjelasan:
1. Bahwa pemikiran Ikhwanul Muslimin terjadi melalui Imaduddin Abdurahim. Ia memperkenalkan Pemikiran IM dalam forum-forum jaringan dakwah kampus.
2. Transmisi pemikiran IM melalui para alumni lembaga pendidikan di Timur Tengah maupun alumnus LIPIA. Pemikiran tersebut disebarkan melalui forum-forum jaringan dakwah kampus yang telah ada lebih dahulu
Bahwa embrio Gerakan dakwah kampus ini menjadi tonggak utama terbentukanya gerakan dakwah yang didominasi oleh pemikiran IM. Gerakan dakwah kampus bermula dari gerakan dakwah yang dikelola oleh Mahasiswa di Masjid Salman ITB. Kegiatan ini dirintis oleh beberapa Dosen yang berlatar belakang santri seperti, Ir, T.M. Soelaiman, Prof, Drs. Ahmad Sadali, dan adiknya, Ir. Nukman, yang awalnya berupa shalat Jumat, yang menepati ruang kerja seorang guru besar.
Adapun organisasi / partai di Indonesia yang terinspirasi terhadap konsep pemikiran dari Ikhwanul Muslimin antara lain:
1. Partai Masyumi
2. Partai Masyumi Baru (1998)
3. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
4. Persaudaraan Muslimin Indonesia
5. Partai Bulan Bintang (1998)
6. Partai Keadilan (1998)
7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi / partai di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Wallahu a’lam.
KESIMPULAN
Pembahasan tentang gerakan revivalisme Islam “ Ikhwanul Muslimin” dapat penulis simpulkan bahwa gerakan tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap gerakan sekularisme dan nasionalisme. Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan organisasi Islam yang dengan anggota terbesar yang berkembang di berbagai Negara bahkan seluruh dunia. IM didirikan oleh Hasan al-Banna di Ismailiah bersama dengan rekan-rekannya seperti Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Hushary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, zaki al-maghriby serta Abdurrahman Hasbullah.
Dengan adanya Ikhwanul Muslimin telah memberikan dorongan dan insipirasi bagi munculnya berbagai organisasi Islam termasuk di Indonesia. Pengaruh pemikiran IM ini telah mewarnai organisasi / gerakan dakwah di Indonesia seperti gerakan tarbiyah bahkan sampai pada partai politik Islam di Indonesia.
Oleh karena itu, gerakan yang dilakukan oleh IM itu telah memberikan dampak positif bagi keberlangsungnya kemashalatan umat Islam pada masa itu dan sekarang terlepas dari kontroversi tentang adanya gerakan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bana, Hasan. 2000. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta, dkk. Solo: Era Intermedia.
Al-Banna, Hasan. Detik-detik Hidupku. Terj. Siri Tarbiyah: Konsis Media
Al-Banna, Hasan. 2004. Memoar Hasan Al-Banna untuk Dakwah dan Para Dainya. Terj. Hawin Murtadho, Salafudin. Surakarta: Era Intermedia.
Hamid, Muhammad Abdul Halim dan Muhammad Abdul al-Khatib. 2004. Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan. Terj. Khozin Abu Faqih. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Jami’, Mahmud. 2005. Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal. Terj. Munirul Abidin. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu. Terj. Syafril Halim. Bandung: Gema Insani Press.
Rahmat, Imadadun. 2005. Arus Baru Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia. Pamulang Timur: PT Gelora Aksara Pratama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimun diakses pada tanggal 15 Juni 2009 A. Latar Belakang Ikhwanul Muslimin
Bermula pada runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki menyebabkan dunia Islam hidup dalam kegelapan dengan timbulnya berbagai gerakan sekularisme maupun gerakan nasionalisme yang mempengaruhi Negara Islam terutama di Mesir. Berbagai bentuk kerusakan moral yang terjadi saat itu antaranya “ Pergerakan Emanspasi Wanita semakin bertambah kuat, para wanita kelas atas Mesir memberontak; enggan memakai purdah. Mereka justru memakai fasion ala Eropa, menghadiri tamasya sosial yang bercampur bebas antara lelaki dan perempuan, baik secara tertutup ataupun terbuka. Mereka juga mendesak supaya wanita diberi hak yang setaraf dengan lelaki.”
Ikhwanul Muslimim berasal dari kata Arab:الاخوان المسلمون al-ikhwān al-muslimūn sering hanya disebut al-Ikhwan adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan oleh Hasan al-Banna di Ismailiah pada bulan Zulkaidah 1346 H /Maret 1928 M yang di pada kesempatan tersebut terdapat enam tokoh yang tertarik dengan kepribadian dan terkesan pada pola-pola dakwah beliau, mereka adalah Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Hushary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, zaki al-maghriby serta Abdurrahman Hasbullah.
Proses perkembangan IM di Ismailiah selama empat tahun yang menembus kota di sekitarnya, beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan penyebaran dakwah IM menurut Ali Abdullah Halim Mahmud adalah:
1. Mereka ikhlas melaksanakan misi dakwah
2. Mereka memiliki kapasitas pemahaman yang menyeluruh terhadap ajaran islam
3. Pengetahuan mereka sangat luas tidak hanya pengetahuan Agama, tetapi juga pengetahuan umum juga
4. Mereka dalam melakukan aktivitas dengan semangat kebersamaan dan ukhuwah
5. Mereka pula paham tentang kehidupan sosial politik
6. Sistem kehidupan yang mereka terapkan dengan mempraktikkan tata nilai Islami, serta akhlakul karimah
7. Mereka memiliki sikap tegas terhadap politik penjajah
B. Hasan al-Banna dan Ikhwanul
Ikhwanul Muslimin dan Hasan al-Banna tidak dapat dipisahkan gerakan ini sangat berpengaruh, tidak hanya di Mesir akan tetapi menyebar ke seluruh dunia. Siapa sosok Hasan al-Banna?
Hasan al-Banna adalah Imam Syahid Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna lahir pada tahun 1906 di kota Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Adapun Hasan al-Banna memilki 6 saudara yaitu empat lelaki dan dua perempuan, Hasan al-Banna (yang sulung), Abdur-Rahman Al-Banna, Fatimah al-Banna, Muhammad al-Banna, Abdul Basit al-Banna, Jamal al-Banna dan Fauziah al-Banna. Dan ayahnya Syeikh Ahmad Al-Banna mempunyai seorang lagi isteri. Dengan isteri kedua ini, dia memperolehi seorang anak perempuan yang bernama Faridah al-Banna.
Imam Hasan al-Banna memulai pendidikannya di Madrasah Diniyah “ar-Rasyad” yang yang dipimpin oleh Syaikh Muhamad Zahran Rahimahullah. Kemudian ia pindah ke Madrasah I’dadiyah atas permintaan ayahnya yang gurunya antara lain Muhammad Afandi Abdul Khaliq Rahimahullah. Karena sistem Madrasah I’diyah diganti dengan Madrasah Ibtida’iyah, Hasan al-Banna melanjutkan ke Madrasah al-Mu’allimin al-Awwaliyah di Damanhur, untuk menjadi seorang guru. Setelah tamat kemudian beliau melanjutkan ke Darul ‘Ulum al-Ulya’ dan tamat pada tahun 1927 yang menyandang cumlaude.
Bahwasanya Imam Hasan al-Banna menjalani kehidupan yang penuh tantangan semenjak kecil sehingga beliau menemui ajalnya. Keseluruhan hidupnya ditumpukan kepada perjuangan Islam dan kebajikan orang-orang Islam. Beliau khusyu’ beribadat kepada Allah dan selalu mengkaji al-Quran serta Hadith. Tokoh Islam yang hebat ini mati syahid ditembak pada 12hb Februari, 1949 di Kaherah. Umurnya ketika itu ialah 43 tahun.
C. Konsep Pemikiran Ikhwanul Muslimin
Dalam kitab Risalah Ta’lim bahwa Hasan al-Banna (Imam Asy-Syahid) menyatakan ada dua konsep yang ditawarkannya kepada pribadi muslim, yaitu:
1. Rukun-rukun bai’at
Imam asy-Syahid menyatakan bai’at tersebut merupakan bai’at antara seorang prajurit dan panglimanya, karenanya di baris awal risalam ini tertulis kata-kata:” Rukun bai’at kita ada sepuluh, peliharalah!.” Adapun pertama kali Ikhwanul Muslimin berbai’at pada tanggal 5 Rabi’ul Awal 1359 H. Adapun sepuluh rukun bai’at (Muhammad Abdul Halim Hamid,2004:21-193) tersebut yaitu:
a. Al-Fahm
Hasan al-Banna berkata “ yang saya maksud ¬al-Fahm adalah hendaknya Anda yakin bahwa kita adalah fikrah islamiyah yang murni, dan Anda memahmi Islam sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul ‘isyrin (20 prinsip) yang sangat ringkas ini”
b. Al-Ikhlas
Adalah bahwa seorang al-akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah mengharap keridhaan-Nya, tanap memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, gelar, kemajuan atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentara akidah, bukan tentara kepentingan dan hanya mencari kemanfaatan dunia.
c. Al-Amal
Sebagaimana dalam surah at-Taubah:105, Allah swt berfirman:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Berkata Imam asy-Syahid menjelaskan nilai sebuah amal, adalah bahwa amal merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan. Sebuah ilmu tetap akan menjadi cacat dan sangat dangkal, bila tidak dapat mendorong pemiliknya untuk melakukan amal yang positif dan konstruktif.
d. Al-Jihad
Imam as-Syahid berkata al-Jihad adalah “ sebuah kewajiban yang terus berlaku sampai hari kiamat. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah saw,’ Barang siapa mati, sementara ia belum pernah perang dan belum berniat perang, maka ia mati seperti matinya jahiliyah.’
e. At-Tadhiyah
Adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala-galanya demi mencapai tujuan.
f. Ath-Tha’ah
Melaksanakan perintah dan merealisir dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas. Yang demikian itu karena tahapan dakwah ini ada tiga: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).
g. Ats-Tsabat
Bahwa hendakya seorang al-Akh senantiasa bekerja sebagai mujahid dalam memperjuangkan tujuannya, betapa pun jauh jangkauan dan lama waktunya, samapi bertemu dengan Allah dalam keadaan seperti itu, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu (mencapai tujuan) hidup mulia atau mati syahid.
h. At-Tajarrud
Imam as-Syahid berkata yang saya maksud at-Tajarrud adalah kemurnian atau totalitas, bahwa engkau harus tulus pada fikrahmu dan membersihkannya dari prinsip-prinsip lain serta pengaruh orang lain. Sebab ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah.
i. Al-Ukhuwah
Bahwa hendaknya berbagai hati dan ruh berpadu dengan ikatan akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kokoh dan paling mahal. Ukhuwah merupakan wujud dari keimanan, sedang perpecahan adlah wujud dari kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah persatuan, tiada persatuan tanpa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah lapang dada dan puncaknya adalah itsar (mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri).
j. Ats-Tsiqah
Rasa puasnya seorang jundi (prajurit) atas qa’id (pimpinannya) dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang dapat menumbuhkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan.
2. Kewajiban individu aktivis
Prinsip ini diberikan oleh Imam asy-Syahid kepada putera-putera Islam yang memiliki ghirah (semangat) terhadap Islam. Kewajiban itu harus dilaksanakan sehingga seorang muslim dapat merasakan manisnya dakwah dan lezatnya tujuan dakwah prinsip tersebut adalah:
• Allahu Ghayatuna (Allah tujuan kami)
• Ar-Rasulu Qudwatuna (Rasul teladan kami)
• Al-Qur’an Syir’atuna (al-Qur’an syariat kami)
• Al-Jihad Sabiluna (Jihad jalam kami)
• Asy-Syahadatu Umniyatuna (mati syahid cita-cita tertinggi kami)
D. Karakteristik Dakwah Ikhwanul Muslimin
Terbentuknya gerakan ini telah memberikan perubahan baru, sebagai dampak dari situasi seperti ini, maka dakwah IM memiliki berbagai karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan dakwah yang lain di zamannya, antaranya:
1. Menjauhkan titik khilafiyah
2. Menjauhi dominasi tokoh dan pembesar
3. Menjauhi fanatisme partai-partai dan golongan-golongan
4. Memperhatikan masalah takwin (pembentukan kepribadian), dan tadararju (bertahap) dalam langkahnya
5. Mengutamakan sisi amaliah yang produktif di atas seruan-seruan dan propaganda-propaganda kosong
6. Sangat menaruh perhatian pada pemuda, dan
7. Cepat berkembang di pedesaan dan perkotaan
E. Pimpinan dalam Ikhwanul Muslimin
Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:
1. Hassan al-Banna
2. Hassan al-Hudhaibi
3. Umar at-Tilmisani
4. Muhammad Hamid Abu Nasr
5. Mustafa Masyhur
6. Ma'mun al-Hudhaibi
7. Muhammad Mahdi 'Akif
F. Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia, termasuk Agus Salim.
Tahun 1970-an adalah momen munculnya semangat kebangkitan Islam di hampir seluruh dunia Muslim. Bahwa di Indonesia bentuk revivalisme gerakan yang terjadi adalah adanya transmisi dari pemikiran Ikhwanul Muslimin seperti gerakan Tarbiyah.
Mengenai proses penyerapan para aktivis Tarbiyah di Indonesia terhadap pemikiran IM ada dua penjelasan:
1. Bahwa pemikiran Ikhwanul Muslimin terjadi melalui Imaduddin Abdurahim. Ia memperkenalkan Pemikiran IM dalam forum-forum jaringan dakwah kampus.
2. Transmisi pemikiran IM melalui para alumni lembaga pendidikan di Timur Tengah maupun alumnus LIPIA. Pemikiran tersebut disebarkan melalui forum-forum jaringan dakwah kampus yang telah ada lebih dahulu
Bahwa embrio Gerakan dakwah kampus ini menjadi tonggak utama terbentukanya gerakan dakwah yang didominasi oleh pemikiran IM. Gerakan dakwah kampus bermula dari gerakan dakwah yang dikelola oleh Mahasiswa di Masjid Salman ITB. Kegiatan ini dirintis oleh beberapa Dosen yang berlatar belakang santri seperti, Ir, T.M. Soelaiman, Prof, Drs. Ahmad Sadali, dan adiknya, Ir. Nukman, yang awalnya berupa shalat Jumat, yang menepati ruang kerja seorang guru besar.
Adapun organisasi / partai di Indonesia yang terinspirasi terhadap konsep pemikiran dari Ikhwanul Muslimin antara lain:
1. Partai Masyumi
2. Partai Masyumi Baru (1998)
3. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
4. Persaudaraan Muslimin Indonesia
5. Partai Bulan Bintang (1998)
6. Partai Keadilan (1998)
7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi / partai di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Wallahu a’lam.
KESIMPULAN
Pembahasan tentang gerakan revivalisme Islam “ Ikhwanul Muslimin” dapat penulis simpulkan bahwa gerakan tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap gerakan sekularisme dan nasionalisme. Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan organisasi Islam yang dengan anggota terbesar yang berkembang di berbagai Negara bahkan seluruh dunia. IM didirikan oleh Hasan al-Banna di Ismailiah bersama dengan rekan-rekannya seperti Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Hushary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, zaki al-maghriby serta Abdurrahman Hasbullah.
Dengan adanya Ikhwanul Muslimin telah memberikan dorongan dan insipirasi bagi munculnya berbagai organisasi Islam termasuk di Indonesia. Pengaruh pemikiran IM ini telah mewarnai organisasi / gerakan dakwah di Indonesia seperti gerakan tarbiyah bahkan sampai pada partai politik Islam di Indonesia.
Oleh karena itu, gerakan yang dilakukan oleh IM itu telah memberikan dampak positif bagi keberlangsungnya kemashalatan umat Islam pada masa itu dan sekarang terlepas dari kontroversi tentang adanya gerakan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bana, Hasan. 2000. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta, dkk. Solo: Era Intermedia.
Al-Banna, Hasan. Detik-detik Hidupku. Terj. Siri Tarbiyah: Konsis Media
Al-Banna, Hasan. 2004. Memoar Hasan Al-Banna untuk Dakwah dan Para Dainya. Terj. Hawin Murtadho, Salafudin. Surakarta: Era Intermedia.
Hamid, Muhammad Abdul Halim dan Muhammad Abdul al-Khatib. 2004. Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan. Terj. Khozin Abu Faqih. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
Jami’, Mahmud. 2005. Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal. Terj. Munirul Abidin. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu. Terj. Syafril Halim. Bandung: Gema Insani Press.
Rahmat, Imadadun. 2005. Arus Baru Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia. Pamulang Timur: PT Gelora Aksara Pratama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimun diakses pada tanggal 15 Juni 2009
Gerakana Revivalisme "Ikhwanul Muslimin"
Diposting oleh
steoes_assakkurae
on 13 November 2009
Label:
sejarah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar